Jepang Memberikan Jutaan Rumah Secara Gratis
Berbeda dengan pertumbuhan harga properti Jepang yang melonjak, Jepang masih memiliki lebih dari 8 juta properti yang tidak berpenghuni dan terbengkalai, sehingga pemilik mulai memberikan rumah ini secara gratis.
Berbeda dengan pertumbuhan harga properti Jepang yang melonjak, Jepang masih memiliki lebih dari 8 juta properti yang tidak berpenghuni dan terbengkalai, sehingga pemilik mulai memberikan rumah ini secara gratis. Mengutip Business Insider, properti terbengkalai itu tidak memasuki pasar aktif tetapi masuk ke database online yang disebut "Akiya Banks" atau dalam bahasa Jepang dari rumah kosong. Dalam database, beberapa pemilik memberikan rumah mereka secara gratis dan beberapa menjualnya hanya dengan $4.
Banyaknya rumah terlantar dinilai disebabkan oleh populasi Jepang yang semakin menurun. Hasil penelitian memprediksikan bahwa Jepang akan kehilangan sekitar 16 juta penduduk dalam 20 tahun ke depan.
Selain itu, jumlah lansia semakin bertambah sehingga jumlah generasi muda yang produktif sebagai pasar properti yang aktif semakin berkurang, terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan. Namun, The Japan Times melaporkan fenomena tersebut telah memasuki wilayah perkotaan juga, dengan bukti bahwa lebih dari 1 dari 10 rumah di Tokyo kini tidak berpenghuni.
Melonjaknya jumlah rumah kosong yang terbengkalai, tak hanya membuat pemiliknya memberikan rumah secara cuma-cuma, bahkan ada peraturan pemerintah daerah yang memberikan insentif dan subsidi menarik untuk merobohkan dan membangun kembali rumah terlantar.
Namun, faktanya pasar properti di Jepang mendorong pembongkaran bangunan tua yang ditinggalkan dengan menaikkan pajak properti enam kali lebih tinggi di mana terdapat struktur bangunan fisik dibandingkan hanya tanah kosong. Warga negara asing juga diperbolehkan untuk membeli properti bahkan tanpa visa penduduk.
Sebelumnya, pasar jasa perumahan sewa seperti Airbnb diprediksi akan mengambil alih bangunan yang ditinggalkan untuk dijadikan rumah sewa. Namun, Jepang mengesahkan undang-undang baru yang relatif ketat yang membatasi masa sewa hingga 180 hari, sehingga banyak pemilih rumahan untuk Airbnb telah meninggalkan pasar sejak undang-undang tersebut diberlakukan. Kondisi banyak rumah terbengkalai juga diperparah dengan permintaan rumah baru yang terus meningkat di Jepang. Pembeli rumah terus memprioritaskan rumah baru dan jutaan rumah terbengkalai akan tetap tidak dipasarkan dan tidak berpenghuni.